UNEDO PRAGUS
3EA03
17211228
PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Pengambilan
keputusan (decision making) merupakan salah satu proses manajemen yang penting
bagi setiap organisasi.
Manajemen
lainya dilatar belakangi oleh adanya keputusan yang dibuat oleh manajer puncak,
yang kemudian secara hirarkis dibuat oleh lini-lini manajemen ditingkat
staf-staf yang dibutuhkan.
Pengambilan
keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian dan pemilihan dari
berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan–kepentingan tertentu dengan
menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling menguntungkan.
Mengindentifikasi
masalah utama yang mempengaruhi tujuan, menyusun, menganalisis, dan memilih
berbagai alternatif tersebut dan mengambil keputusan yang dianggap
paling baik.
MACAM –
MACAM KEPUTUSAN MANAJEMEN
Oleh Herbert
Simon secara umum membedakan antara dua jenis keputusan, yaitu:
- Keputusan
yang terprogram (programmed decision)
- Keputusan
yang tidak terprogram (non-programmed decision).
1.
Keputusan yang terprogram (programmed decision)
Keputusan
yang terprogram adalah keputusan yang terstruktur atau yang muncul berulang –
ulang,
Misalnya
dalam memutuskan jumlah bahan baik yang harus tersedia digudang, tidak bisa
terlepas dari proses perhitungan yang biasa digunakan.
2.Keputusan
yang tidak terprogram (non-progrmmed decision)
Keputusan
yang tidak terprogram apabila keputusan baru pertama kali muncul dan tidak
tersusun (unstructured).
Keputusan
semacam itu memerlukan penanganan khusus, untuk memecahkan masalah, karena belum
ada pedoman khusus dalam menangani masalah tersebut.
Macam-macam
keputusan dalam manajemen
B. KEPUTUSAN
DAN JENJANG MANAJEMEN
Secara umum
tingkatan manajemen dalam organisasi itu ada 3, yaitu:
- Manajemen
puncak (top manager),
- Manajer
menengah (middle manager), dan
- Manajer
rendah (lower manager).
Untuk
keputusan yang tidak terprogram, biasanya lebih banyak diambil oleh manajer
pada tingkat tinggi (top manager).
•
HUBUNGAN MACAM KEPUTUSAN DAN TINGKATAN MANAJEMEN.
C.
TAHAP-TAHAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Sebagai
dalam proses pengambilan keputusan, model tersebut memuat tiga tahap pokok,
yaitu sebagai berikut :
Ø Riset,
yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan.
Ø Perancangan,
yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
Ø Pemilihan,
yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari totalitas yang ada.
James L.
Gibson, dkk.
Mengemukakan
proses pengambilan keputusan seluruhnya terdiri atas enam tahapan.
Apabila
ditetapkan kebijakan untuk menangani masalah yang identik, maka manajer tidak
dituntut untuk mengembangkan dan mengevaluasi setiap munculnya masalah.
Tahap 1.
Indetifikasi
dan definisi masalah
Tahap ini
meliputi kegiatan pengambilan informasi, proses informasi, dan pertimbangan
yang mendalam.
Organisasi
dapat diukur dengan perbedaan antara tingkat hasil yang diharapkan pada
perumusan tujuan dan sasaran dengan hasil yang dicapai sesungguhnya.
Beberapa
indikator lain yang dapat membantu dalam melihat permasalahan organisasi adalah
sebagai berikut ;
a. Penyimpangan kinerja
Indikator
ini muncul apabila terjadi sebua perubahan secara tiba – tiba pada
beberapa pola kinerja yang telah ditetapkan.
Contohnya,
meningkatnya perputarn karyawan, tingkat absensi yang meningkat, penurunan
tingkat penjualan, pengeluaran yang semakin meningkat, dan banyaknya produk yan
rusak.
b. Kritikan orang lain
Berbagai
tindakan orang diluar organisasi bisa menjadi pentujuk adanya masalah.
Pelanggan
mungkin tidak puas dengan sebuah produk yang dikomsumsi, pemerintah memberikan
tindakan hukum, dan serikat buruh yang mungkin memberikan keluhannya.
c. Lingkungan
Lingkungan
dapat memberi informasi masalah melalui berbagai cara.
Contoh jika
pesaing sukses dalam meluncurkan produk baru yang menjadi pesaing produk
organisasi, maka timbul suatu masalah.
Tipe – Tipe
Masalah
a. Masalah
terstruktur dan tidak terstruktur
Masalah–masalah
terstruktur merupakan masalah pada umumnya, terus terang dan jelas dalam hal
informasi yang membutuhkan untuk menyelesaikanya.
Sebagai
contoh, masalah–masalah pribadi biasanya terjadi ketika pembuatan
keputusan kenaikan gaji dan promosi permintaan liburan, tugas-tugas kepanitian,
dan sebagainya.
Masalah
tidak terstruktur (unstructured problems) merupakan masalah yang
membingungkan dan memiliki informasi yang terbatas dalam situasi yang baru atau
tidak terduga.
Contohnya,
perusahaan dihadapi pada problem dimana unit bisnisnya terpaksa dijual karena
hilangnya pelanggan.
b. Masalah
menghadapi krisis
Suatu
masalah krisis merupakan masalah yang tidak terduga dan dapat menghancurkan
jika tidak tertangani dengan cepat dan tepat.
Para manajer
menghadapi persoalan krisis multi dimensi dan mereka mengantisipasi
krisis–krisis itu dengan berbagai cara, misalnya dengan membentuk sistem
informasi krisis.
Tahap-tahap
2.
Mengembangkan
alternatif pemecahan.
Pengembangan
alternatif merupakan proses pencarian dimana lingkungan intern dan ekstern yang
relavan dari organisasi diperiksa untuk memberikan informasi yang dapat
dikembangkan menjadi alternatif yang mungkin.
Namun
demikian, manajer harus ingat akan beberapa keterbatasan dalam setiap
alternatif, misalnya keterbatasan dalam masalah hukum, etika, peraturan yang
ada.
Tahap 3.
Evaluasi
alternatif pemecahan
Pada situasi
yang lain, manajemen lebih sering menghadapi situasi dengan kepastian yang
tinggi. Dalam hal ini tidak mudah memperkirakan konsekuesin dari keputusan.
Situasi
resiko dengan tidak pasti berada diantara dari ekstern tersebut.
Oleh karena
itu hubungan antara alternatif keluaran didasarkan pada tiga kondisi tersebut
adalah :
- Kodisi
kepastian.
- Kondisi
berisiko
- Kondisi
ketidakpastian
Tahap 4.
Memilih
alternatif
Tahap ke
empat merupakan tindakan terpenting yaitu memilih alternatif terbaik diantara
alternatif – alternatif yang telah dinilai dan di evaluasi.
Tujuan
pemilihan alternaif adalah memecahka masalah agar dapat mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya.
Walaupun
manajer sebagai pengambil keputusan memilih alternatif dengan harapan mencapai
sasaran, tetapi memilih tersebut seharus tidak dipandang sebagai suatu
aktifitas yang mandiri.
Tahap 5.
Implementasi
keputusan
Implementasi
mencakup pencapaian keputusan itu kepada orang–orang yang terkait dan
mendapatkan komitmen mereka pada keputusan tersebut.
Oleh karena
itu pekerjaan manajer tidak hanya terbatas pada keterampilan memilih pemecahan
yang baik, akan tetapi meliputi juga pengetahuan dan keterampilan yang perlu
untuk melaksanakan pemecahan masalah tersebut menjadi perilaku dalam
organisasi.
Tahap 6.
Evaluasi dan
pengendalian
Tahap
terakhir adalah monitor dan evaluasi. Tahap ini dilaksanakan untuk memastikan
bahwa pelaksanaan keputusan yang diambil mengenai sasaran dan tujuan yang ingin
dicapai.
Jika
ternyata tujuan tidak tercapai, manajer dapat melakukan respon dengan cepat.
D.
GAYA PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Gaya Manajer
dalam pengambilan keputusan akan banyak diwarnai oleh beberapa hal seperti
latar belakang pengetahuan, perilak pengalaman, dan sejenisnya. Cara-cara
manajer dala mendekati masalah tersebut antara lain :
Ø Pertama,
penghindar masalah. Seorang penghindari masalah mengabaikan informasi
yang menunujukkan kesebuah masalah. Para penghindari masalah ini tidak aktif
dan tidak ingin menghadapi masalah.
Ø Kedua,
penyelesian masalah. Seorang penyelesaian masalah mencoba menyelesaikan
masalah-masalah apabila masalah-masalah itu muncul. Mereka bersikap reaktif
menghadapi masalah-masalah yang timbul.
Ø Ketiga,
Pencarian masalah. Seorang pencari masalah secara aktif mencari
masalah-masalah guna diselesaikan atau mencari peluang-peluang baru untuk
dikejar.
E. MODEL
PENGAMBILAN KEPTUSAN
Teori
manajemen mengenal perbedaan antara dua model utama dalam pembuatan keputuan.
Kedua model tersebut adalah model klasik dan model perilaku.
1. Model
Keputusan Klasik
Model
keputusan klasik (classical dicision) berpandangan bahwa manager
bertindak dalam kepastian. Pendekatan klasik ini merupakan model yang Sangat
rasional utuk pembuatan keputusan manajerial.
2. Model
keputusan Administratif
Menurut
Herbrt Simon, manager dalam pengambilan keputusan menghadapi tiga kondisi :
(a)
Informasi tidak sempurna dan tidak lengkap,
(b)
Rasionalitas yang terbatas (bounded rasionality),
(c)
Cepat puas (satisfice).
Heuristik Penilaian
Adalah
pengambilan keputusan yang disederhanakan dikarenakan kondisi dan situasi.
Tiga macam
heuristik dipakai orang dalam mengambil keputusan yaitu:
- Ketersedian
(availability heuristik),
- Perwakilan
(representativeness ), dan
- Penyesuaian
dan anchoring (anchoring and adjusment hueristik).
Ketersediaan
( Availabity heuristik)
Terjadi
ketika orang menggunakan informasi yang telah tersedia sebagai basis penilaian
situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung.
Misalnya
untuk tidak menanam modal ke dalam suatu produk baru berdasarkan hasil
penjualan saat ini.
Representtativeness heuristik
Terjadi bila
orang menilai kemiripan sesuatu berdasarkan stereotip seperangkat peristiwa
yang sama.
Biasa
pontesialnya adalah stereotip representatif dapat terjebak kedalam
pendiskriminasian factor–faktor unik yang relavan terhadap keputusan
tersebut.
Anchoring and adjusment heuristik
Meliputi
pembuatan keputusan berdasarkan penyesuaian terhadap nilai atau titik tolak
yang telah ada.
Contohnya,
nilai pasar seseorang secara subtansi mungkin lebih tinggi dari pada upah yang
diterima.
F. PENGAMBILAN
KEPUTUSAN INDIVIDU
Dalam
keputusan individual, manager membuat pilihan tindakan yang disukai. Beberapa
faktor perilaku hanya mempunyai aspek–aspek tertentu dari proses
pengambilan keputusan.
Faktor
tersebut adalah :
Ø
Kepribadian nilai,
Ø
Kencendrungan akan resiko, dan
Ø
Kemungkinan ketidakcocokkan.
Keperibadian
Satu
penelitian telah berusaha pengaruh dari beberapa variable terpilih teradap
proses pengambilan kepriadian, tetapi memasukan juga rangkaian variable lain
yaitu :
Ø Variabel
kepribadian.
Hal ini
mencakup sikap, kepercayaan individu.
Ø Variabel
situasional.
Menyinggung
situasi ekstern, yang dapat diamati, yang dihadapi oleh orang – orang itu
sendiri.
Ø Variabel
interaksional.
Hal ini
menyinggung keadaan pada saat itu dari orang-orang sebagai akibat dari
interaksi situasi tertentu dengan ciri-ciri khas kepribadian orang.
Nilai
Nilai itu
diperoleh pada waktu orang masih muda sekali dan merupakan bagian dasar dari
pikiran seseorang. Pengaruh itu dapat dilihat dari setiap proses pengambilan
keputusan manajemen sebagai berikut ;
- Dalam
menetapkan sasaran, pertimbangan nilai perlu sekali mengenai pemilihan
kesepatan dan penentuan prioritas.
- Dalam
mengembangkan alterntif, orang perlu mempertimbankan nilai berbagai macam
kemungkinan.
- Apabila
memilih alternatif, nilai dari orang yang mengambil kputusan memperngaruhi
alternatif manakah yang akan dipilih.
- Apabila
melaksanakan keputusan, pertimbangan nilai sangat perlu dalam memilih cara
pelaksanaanya.
- Dalam
fase evaluasi dan pengendalian, pertimbangan nilai tidak dapat dihindari
apabila mengambil tindakan.
Kecenderungan Akan Resiko
Seseorang
pengambil keputusan yang agak segan mengambil resiko akan menetapkan sasaran
yang bebeda, mengavaluasi alternatif secara berbeda juga. Orang tersebut akan
berusaha menetapkan pilihan dimana resiko atau ketidakpastian sangat rendah,
atau diana kepastian akan hasilnya sangat tinggi.
Kemungkinan ketidak Cocokan
Apabila
terjadi ketidak cocokan, maka tentu saja ketidak cocokan ini dapat dikurangi
dengan mengakui bahwa telah terjadi kesalahan. Orang tesebut lebih memungkinkan
menggunakan satu atau beberapa metode berikut ini untuk mengurangi ketidak
cocokan mereka :
- Mencari
informasi yang mendukung kebijaksanaan dari keputusa mereka.
- Secara
selektif memahami (mengubah) informasi dengan suatu cara yang dapat
mendukung keputusan mereka.
- Merubah
siap mereka, sehingga mereka memiliki pandangan yang baik terhadap
alternatif yang telah ditetapkan sebelumnya.
- Mengelakan
pentingnya segi – segi postif dan mempertinggi unsur – unsur
positif dari keputusanya.
G.
PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELOMPOK
Dalam
mengunakan kelompok, manajer harus memperhatikan keuntungan dan kerugian dari
kelompok tersebut.
Keuntungan :
- Informasi
dan pengetahuan lebih banyak.
- Lebih
banyak alternatif yang dapat dihasilkan.
- Penerimaan
penilaian hasil akhir akan lebih besar.
- Komunikasi
yang lebih baik akan muncul.
Kerugian :
- Membutuhkan
waktu yang lebih lama dan biaya yang lebih besar karena waktu yang hilang
banyak.
- Menimbulkan
kompromi
- Satu
atau beberapa orang barang kali akan mendominasi kelompok.
- Tekanan
kelompok akan muncul dan membatasi kreativitas individual.
Tipe-tipe Proses Pengambilan Keputusan
1.
Tipe Ketergantungan
- Tidak
mempunyai pendirian yang tegas. Hanya tergantung kepada keputusan orang lain.
2.
Tipe Eksploitatif
- Mengeksploitasi
orang lain.
3.
Tipe Tabungan
- Cenderung
“menabung” idenya sendiri untuk perkuat posisi
-
- Tidak bersedia
“sharing” kepandaian kepada orang lain.
4.
Tipe Pemasaran
- Pengambilan
keputusan “menjual” (Pamer).
5.
Tipe Produktif
- Adanya
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan serta
pandangan jauh ke depan.
-
Penuh Inisiatif dan Kreatif
Faktor-Faktor
yang mempengaruhi pemecahan masalah :
1. Masalah Sederhana (Simple Problem) Corak / Jenis Masalah
- Ciri : Berskala besar , tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain ), mengandung konsekuesi besar , pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.
- Scope : Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya.
- Jenis : Masalah yang terstruktur (Structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur (Unstructured problems).
2. Masalah rumit (Complex Problems) Corak / Jenis Masalah
- Definisi : Masalah yang jelas faktor penyebabnya , bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sebagai pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif & dibakukan.
- Contoh : Penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai , masalah perijinan , dsb
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode / prosedur/ program tetap (SOP) .
3. Masalah yang tersrtuktur
- Definisi : Penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya . serta tidak repetitif kasusnya.
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih sulit dan lama, diperlukan teknik PK yang bersifat non-programmed decision-making.
4. Masalah yang tidak Terstuktur
Pendefinisian Masalah yang baik
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi . Data objektif dipisahkan dari persepsi .
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit / tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara standar atau harapan yang telah di tetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas , pihak pihak yang terkait ataub berkepentingan dengan terjadinya masalah .
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh masalah yang kita hadapi adalah melatif staf yang bekerja lamban.
1. Masalah Sederhana (Simple Problem) Corak / Jenis Masalah
- Ciri : Berskala besar , tidak berdiri sendiri (memiliki kaitan erat dengan masalah lain ), mengandung konsekuesi besar , pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analitis.
- Scope : Pemecahan masalah dilakukan secara kelompok yang melibatkan pimpinan dan segenap staf pembantunya.
- Jenis : Masalah yang terstruktur (Structured problems) dan masalah yang tidak terstruktur (Unstructured problems).
2. Masalah rumit (Complex Problems) Corak / Jenis Masalah
- Definisi : Masalah yang jelas faktor penyebabnya , bersifat rutin dan biasanya timbul berulang kali sebagai pemecahannya dapat dilakukan dengan teknik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetitif & dibakukan.
- Contoh : Penggajian, kepangkatan dan pembinaan pegawai , masalah perijinan , dsb
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih mudah atau cepat, salah satu caranya dengan penyusunan metode / prosedur/ program tetap (SOP) .
3. Masalah yang tersrtuktur
- Definisi : Penyimpangan dari masalah organisasi yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas faktor penyebab dan konsekuensinya . serta tidak repetitif kasusnya.
- Sifat pengambilan keputusan : Relatif lebih sulit dan lama, diperlukan teknik PK yang bersifat non-programmed decision-making.
4. Masalah yang tidak Terstuktur
Pendefinisian Masalah yang baik
- Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi . Data objektif dipisahkan dari persepsi .
- Semua pihak yang terlibat diperlakukan sebagai sumber informasi.
- Masalah harus dinyatakan secara eksplisit / tegas , untuk menghindarkan dari pembuatan definisi yang tidak jelas.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas adanya ketidak sesuaian antara standar atau harapan yang telah di tetapkan sebelumnya dan kenyataan yang terjadi.
- Definisi yang dibuat harus menyatakan dengan jelas , pihak pihak yang terkait ataub berkepentingan dengan terjadinya masalah .
- Definisi yang dibuat bukanlah seperti sebuah solusi yang samar. Contoh masalah yang kita hadapi adalah melatif staf yang bekerja lamban.
Pembelian
Struktur
keputusan membeli penting, karena sesudah menentukan kebutuhan dan mempunyai
keinginan akan produk tertentu, konsumen diharapkan untuk memunculkan keputusan
ingin membeli.
Ada 7
keputusan pembelian :
- Keputusan
tentang jenis produk
- Keputusan
produk
- Keputusan
tentang merek
- Keputusan
tentang penjualan
- Keputusan
tentang jumlah produk
- Keputusan
tentang waktu pembelian
- Keputusan
tentang cara pembayaran.
Diagnosa
Perilaku Konsumen
Untuk
merancang strategi pemasaran yang baik, misalnya menentukan kapan saat yang
tepat perusahaan membeli diskon untuk menarik pembeli.
Perilaku
konsumen dapat membantu pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya
dengan mengetahui bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat
lebaran.
Pemasaran
sosial, yaitu penyebaran ide diantara konsumen. Dengan memahami sikap konsumen
dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide lebih cepat dan
efektif.
Terdapat 3
pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen, yaitu :
1.
Pendekatan pertama
adalah
pendekatan inperatif. Pendekatan ini menggali secara mendalam perilaku konsumsi
dan hal yang mendasarinya.
2.
Pendekatan kedua
adalah
pendekatan tradisonal yang didasari pada teori dan metode dari ilmu psikologi
dan kognitif, sosial, dan berhevorial serta dari ilu sosilogi.
3.
Pendekatan ketiga
adalah sains marketing yang didasari
pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar